Presiden Joko Widodo merupakan figur yang sederhana
dan rendah hati di mata masyarakat Indonesia. Sifat Sederhananya itulah yang
menjadi modal sosial Joko Widodo terpilih menjadi Presiden Repubik Indonesia.
Harapan besar rakyat Indonesia kepada Joko Widodo
yang dinilai memiliki Kearifan yang berbeda dengan pemimpin lainya, untuk dapat
menyelesaikan kompleksitas permasalahan yang dialami oleh Bangsa Indonesia
secara bijaksana nampaknya sedikit
meleset.
Kisruh dua institusi negara antara POLRI dan
KPK yang tak kunjung terselesaikan
adalah suatu cermin dari kegagalan Jokowi dalam mengontrol negara. Rakyat
dipertontonkan oleh dua institusi yang saling menyerang dan saling klaim status
tersangka, tetapi tidak jelas untuk siapa dan untuk apa mereka melakukan
tindakan agresif tersebut. Padahal jelas kedua institusi tersebut
diciptakan untuk kepentingan rakyat
Indonesia, bukanlah untuk kepentingan golongan tertentu.
Kedua institusi tersebut dengan tenang dan senyuman
lebar malakukan arogansinya di hadapan publik. Seakan mereka tidak menghiraukan
bahwa ada Presiden di Republik ini. Presiden yang dianggap memiliki People
power tetapi diremehkan oleh
institusinya sendiri.
Pemimpin yang seharusnya memiliki kemampuan inisiatif, menentukan solusi dan menggerakan kekuatan untuk mencapai tujuan
tertentu tetapi lain halnya dengan Joko Widodo.
Kontrol Megawati terhadap Joko Widodo masih
mendominasiakan kebijakan-kebijakan yang
diambil dalam menghadapi kisruh bangsa ini. Joko Widodo tidak berdaya jika
berhadapan dengan Megawati.
Hal ini dibuktikan dengan Presiden Jokowi yang
menyanggupi menjalankan skenario Megawati yang meminta agar menunggu proses
praperadilan. Melalui skenario praperadilan ini, Budi Gunawan masih berpeluang
dilantik menjadi Kapolri. Atau jika mentok, skenario BG diganti Budi Waseso
yang dilaksanakan.
Padahal pada saat itu Tim Independen memberikan
saran agar mengambil keputusan sebelum kunjungan ke luar negeri. Tetapi Jokowi tetap memilih untuk terus
bermain dengan bola panas yang saat ini berada di tangan hakim yang akan
memutuskan gugatan BG atas status tersangka yang ditetapkan oleh KPK.
Menjadi suatu pelajaran tentunya untuk masyarakat
Indonesia, bahwa tidak cukup dengan hanya modal senyum lebar dan rendah
hati untuk bisa menjadi pemimpin negara
yang memiliki berbagai tingkat kompleksitas permasalahan karena rendah hati
bisa saja menjadi bias tetapi pemimpin dengan integritas, independent, dan
inovasi lah yang dapat menyelesaikan dan menjawab dari semua permasalahan ini.
(arif)
saya setuju dan saya menyesal
ReplyDeleteYang presiden itu megawati bukan jokowi
ReplyDelete