Wednesday, 4 February 2015

Presiden Joko Widodo No Independent dan No Idea : Kisruh Polri dan KPK

Presiden Joko Widodo merupakan figur yang sederhana dan rendah hati di mata masyarakat Indonesia. Sifat Sederhananya itulah yang menjadi modal sosial Joko Widodo terpilih menjadi Presiden Repubik Indonesia.

Harapan besar rakyat Indonesia kepada Joko Widodo yang dinilai memiliki Kearifan yang berbeda dengan pemimpin lainya, untuk dapat menyelesaikan kompleksitas permasalahan yang dialami oleh Bangsa Indonesia secara bijaksana  nampaknya sedikit meleset.

Kisruh dua institusi negara antara POLRI dan KPK  yang tak kunjung terselesaikan adalah suatu cermin dari kegagalan Jokowi dalam mengontrol negara. Rakyat dipertontonkan oleh dua institusi yang saling menyerang dan saling klaim status tersangka, tetapi tidak jelas untuk siapa dan untuk apa mereka melakukan tindakan agresif tersebut. Padahal jelas kedua institusi tersebut diciptakan  untuk kepentingan rakyat Indonesia, bukanlah untuk kepentingan golongan tertentu.

Kedua institusi tersebut dengan tenang dan senyuman lebar malakukan arogansinya di hadapan publik. Seakan mereka tidak menghiraukan bahwa ada Presiden di Republik ini. Presiden yang dianggap memiliki People power  tetapi diremehkan oleh institusinya sendiri.

Pemimpin yang seharusnya memiliki kemampuan  inisiatif, menentukan solusi dan  menggerakan kekuatan untuk mencapai tujuan tertentu tetapi lain halnya dengan Joko Widodo.

Kontrol Megawati terhadap Joko Widodo masih mendominasiakan  kebijakan-kebijakan yang diambil dalam menghadapi kisruh bangsa ini. Joko Widodo tidak berdaya jika berhadapan dengan Megawati.

Hal ini dibuktikan dengan Presiden Jokowi yang menyanggupi menjalankan skenario Megawati yang meminta agar menunggu proses praperadilan. Melalui skenario praperadilan ini, Budi Gunawan masih berpeluang dilantik menjadi Kapolri. Atau jika mentok, skenario BG diganti Budi Waseso yang dilaksanakan.

Padahal pada saat itu Tim Independen memberikan saran agar mengambil keputusan sebelum kunjungan ke luar negeri.  Tetapi Jokowi tetap memilih untuk terus bermain dengan bola panas yang saat ini berada di tangan hakim yang akan memutuskan gugatan BG atas status tersangka yang ditetapkan oleh KPK.


Menjadi suatu pelajaran tentunya untuk masyarakat Indonesia, bahwa tidak cukup dengan hanya modal senyum lebar dan rendah hati  untuk bisa menjadi pemimpin negara yang memiliki berbagai tingkat kompleksitas permasalahan karena rendah hati bisa saja menjadi bias tetapi pemimpin dengan integritas, independent, dan inovasi lah yang dapat menyelesaikan dan menjawab dari semua permasalahan ini. (arif)

2 comments:

  1. saya setuju dan saya menyesal

    ReplyDelete
  2. Yang presiden itu megawati bukan jokowi

    ReplyDelete