“The look of
silsience” atau “Senyap” merupakan film
dokumenter karya Joshua Openheimer yang
mengisahkan tragedi Genosida (pembantaian masal) yang terjadi pada tahun 1965di
sumatra . Film ini merupakan seri kedua dari film dokumenter sebelumnya yang
berjudul “Jagal” berbeda dengan seri pertama yang mengupas peristiwa dari pelaku, kali ini
lebih menyoroti dari sisi keluarga korban.
“Senyap”
mengisahkan perjalanan satu keluarga untuk mendapatkan pengetahuan mengenai
bagaimana anak mereka dibunuh dan siapa yang membunuhnya. Adik bungsu korban
bertekad untuk memecah belenggu kesenyapan dan ketakutan yang menyelimuti
kehidupan para korban, dan kemudian mendatangi mereka yang bertanggung jawab
atas pembunuhan kakaknya, sesuatu yang tak terbayangkan ketika para pembunuh
masih berkuasa.
Sekilas kita lihat
memang terdapat pesan “rekonsiliasi” dalam film ini dengan adanya pertemuan
antara keluarga korban dan pelaku. Namun jika kita lihat dari prespektif lain,
film ini berusaha menggiring opini penonton bahwa pada peristiwa pembantaian
1965 hanya PKI yang menjadi korban, padahal jika kita melihat di tempat lain
maupun periode sebelum 1965 PKI juga melakukan hal yang sama kepada aktivis GP.
Ansor dan Pemuda Pancasila.
Salah satu bukti
bahwa PKI juga menjadi pelaku pada tragedi 1965 adalah peristiwa pembantain 62
pemuda Ansor pada tanggal 18 oktober 1965 di kecamatan cluring, Banyuwangi.
informasi tersebut tertulis di monumen pancasila di dusun cemetuk yang
merupakan makam korban pembantaian. Hal itu diperkuat dengan pengakuan dari
salah satu dari 3 korban yang selamat yang menyatakan, bahwa mereka dibunuh
secra sadis dan dikubur hidup-hidup, beliau juga mengatakan bahwa pada situsi
saat itu hanya dihadapkan pada dua pilihan, membunuh atau dibunuh?
Dari peristiwa
diatas setidaknya terdapat dua kemungkinan mengapa sutradara menampilkan sisi
yang timpang dalam pengungkapan tragedi 1965. Pertama, subjektifitas memang hal
cukup menarik untuk disaksikan oleh penonton, agar penonton larut dalam
kegelisahan sehingga memancing orang lain untuk ingin menyaksikan film terebut,
dengan demikian secara komersial akan memperoleh keuntungan yang besar. Yang
kedua ada upaya terselubung untuk membuka “luka lama” yang mulai tertutup
sehingga eks PKI yang melihat akan kembali mengingat masa lalu sehingga bangsa
ini tak pernah bersatu, mengingat Joshua Openheimer merupakan sutradara Asing
yang kita tidak tahu, apakah latar belakang pembuatan film ini memang
benar-benar murni untuk seni dan komersial atau ada maksud lain.
Oleh karena kita
harus jeli dalam melihat setiap peristiwa yang terjadi dalam film “Senyap”
sehingga kita tidak larut dalam peristiwa yang ditampilkan dan tidak terlalu
cepat mengambil kesimpulan. Terlepas dari kemungkinan itu film “senyap”
merupakan karya yang cukup luar biasa terbukti karya Joshua Openheimer yang
satu ini mampu memborong bebrapa penghargaan Internasional.
Oleh : Ibnu Tsani Rosayda
Mahasiswa Ilmu Politik
FISIP Universitas Airlangga
No comments:
Post a Comment