Aku beranikan membuka gorden jendela untuk melihat siapa yang ada diluar, tapi tanganku dicegah oleh Diana " Jangan dibuka pa aku takut, halah gapapa ma santai aja lah",ujarku sambil tetap membuka gorden jendela. Kulihat sekeliling tidak terlihat siapa-siapa diluar, tapi angin tiba-tiba begitu kencang mengoyangkan kadang burung perkutut yang aku gantung di teras rumah dan ranting pohon didepan rumahku juga bergerak kanan kiri tersapu angin. Anehnya angin itu hanya disekitaran rumahku saja, sekejap angin itu lewat lalu menghilang kembali hening.
Seketika teringat kata Bapakku dulu pernah bercerita "Le (sebutan Jawa anak laki-laki) jin atau setan itu kalau wujud bisa dalam bentuk angin, iso juga rupo-rupo menungso (bisa menyerupai manusia) " . Ah masih tidak percaya dengan semua yang terjadi, aku masih menggangapnya itu halusinasi atau kebetulan saya walaupun ada rasa takut tapi tidak ku perlihatkan agar istriku tidak semakin takut.
Keesokan harinya aktifitas berjalan seperti biasa saja, istriku sibuk dengan gadgetnya dan aku kerja dirumah untuk menelepon klien dan mengkontrol kiriman barang berjalan dengan baik. Ya aku sering kerja dari rumah, sesekali saja keluar untuk menemui klien-klienku.
Tiba-tiba Handphone ku berdering, aku mendapat telpon dari klien. "baik baik pak, segera saya survey kebutuhan bapak bersama team" Ujarku di telpon. Klien membutuhkanku untuk memeriksa mesinnya yang sedang rusak, jadi aku harus kesana untuk memeriksanya. "Ma papa keluar dulu ya ke PT. D*** pak Firman tadi telpon papa suruh periksa mesinnya, mungkin sore sudah selesai kok ma" Ijinku ke istri. Diana tidak langsung menjawab, raut wajahnya tampak gelisah. "Pa, mama ikut ya ke pabrik" Jawabnya sambil merengek menarik bajuku. Aku coba kembali menenangkan Diana, "ma ini jam 10 pagi, ga bakal ada apa-apa, papa pulang sore ga sampai malam, ga mungkin dong mama ikut ke pabrik" Jawabku.
Setelah itu aku bergegas mengambil kunci mobil dan Diana membukakan pagar untukku "pa cepet pulang ya, Hati-hati dijalan" Sapa istriku sambil melambaikan tangannya. Sesampainya di Pabrik langsung aku memeriksa apa saja yang harus diganti dan berdiskusi dengan teknisi. Tak terasa pukul menunjukan 16.00 WIB. "Pak saya pamit dulu ya, nanti laporannya saya akan kirim ke email bapak paling lambat besok" Pamit ku ke kepala teknisi disitu. Pak Firman kepala teknisi itu menahanku " Pak Permana jangan pulang dulu, kita makan-makan dulu lah didekat sini" Sambil nada memaksa mengajakku. Pikirku kasihan Diana kalau aku pulang telat, tapi aku juga ga enak sama pak Firman. "Baiklah pak sebentar saja ya, karena istri saya sendirian dirumah" Jawabku.
Sambil menunggu makanan jadi, aku menelpon Diana untuk mengabarinya kalau aku pulang telat, tapi telpon selalu gagal karena diluar jangkuan, aneh ndak biasanya seperti ini. Pukul 17.30 baru selesai makan dan segera aku pulang. Tapi jalanan begitu macet karena ini tepat jam pulang kantor. Sambil terus kucoba untuk menelpon Diana tapi masih tetap jaringan diluar jangkauan. Aku terjebak macet dan tidak ada jalan alternatif, Satu-satunya harus lewat jalanan ini, aku terus kepikiran Diana.
Satu jam lebih berlalu, akhirnya sampai dirumah pukul 18.45. "Ma papa pulang" Sambil kubuka pintu. Tapi pintu tidak kunjung dibuka-buka sama Diana. Memang pesanku pada Diana selalu kunci pintu kalau aku sedang tidak dirumah. Sambil ku gedor pintunya tidak kunjung dibuka-buka, sudah 5 menitan aku diluar. Akhirnya ada mata yang mengintip di jendela, "he ma bukain pintu" Kataku pada Diana yang sedang mengintip di jendela.
"Kenapa ma kok ga buru-buru dibukain sih pintunya" Tanyaku. Diana bercerita tapi sambil memastikan ini papa beneran kan. "Hah kamu kenapa sih", jawabku bingung. Diana membuatkan aku segelas teh hangat, ini pa minum, sambil bercerita padaku "pa tadi itu pas waktu magrib ada yang gedor pintu dan suaranya persis banget sama kamu, dia bilang "Diana buka pintunya, berkali-kali " Diana buka pintu" aku pikir itu kamu tapi kamu biasanya kan panggil aku sebutan mama bukan sebutan nama Diana, tapi mama ga curiga, mama buka pintunya tapi ga ada siapa-siapa lagi pa". Cerita istriku dengan wajah gelisah.
Dalam batinku ada apa dengan rumahku, kenapa selalu ada suara-suara yang aneh akhir-akhir ini bahkan menyerupai suaraku dan terus menggangu keluargaku. Aku harus minta pendapat bapak kali ini... Aku telpon bapakku " Pak, Assalamualaikum... "
Bersambung...
Arif Bagus Permadi
No comments:
Post a Comment