"Waalaikumsalam le "jawab bapak. Awalnya kutanya kabar bapak dan ibu, Bapak menjawab alhamdulillah baik-baik sehat semua. Setelah bertanya kabar aku ceritakan semua kejadian yang aku dan istri alami akhir-aknir ini dirumah. Bapak hanya menyuruhku untuk lebih sering berdoa dan mencoba menenangkanku "ora ono opo-opo, wis akeh dungo ae le" (ga ada apa-apa, sudah banyak doa aja), ujar Bapak. Setelah itu kuakhiri percakapan dengan Bapak, berharap semua itu tidak terjadi lagi setelah mendengar nasehat dari Bapak.
Setelah itu kami bersiap untuk tidur karena pukul sudah menunjukan 23.00 WIB. Kebiasaan sebelum tidur kami selalu cuci muka, kaki dan gosok gigi. Tapi malam itu aku sempatkan rokok di teras, "ah rokok dulu lah setelah rokok kunci pagar" Pikirku. Belum habis rokok ini ku hisap tiba-tiba Diana memanggilku dengan keras "papaa! ". Langsung kubuang rokok dan bergegas menemui Diana " Ada apa ma" Tanyaku. Diana menanyai ku "papa dari tadi di luar ya" Tanya diana. Ternyata Diana bercerita dipikirnya aku di dalam kamar mandi, karena pintu tertutup dan terdengar orang seperti cuci muka dan gosok gigi. Karena lama tidak keluar-keluar Diana membuka pintu kamar mandi, kami biasa kadang-kadang berdua dikamar mandi kalau sedang cuci muka ataupun bersih-bersih badan sebelum tidur. Terkaget Diana ternyata dikamar mandi tidak ada siapa-siapa, lantas tadi siapa yang ada dikamar mandi, tanya Diana.
Mendengar cerita Diana, tiba-tiba bulu kuduk ku merinding. Aku pastikan di kamar mandi memang tidak ada siapa-siapa. Kulihat dapur dan seluruh ruangan tidak ada apa-apa. Seperti biasa aku menenangkan Diana dan bersikap biasa saja agar tidak membuat kondisi semakin menakutkan walupun mendengarkan dari cerita Diana kejadian tadi sangatlah janggal dan aneh.
Hujan turun sangat lebat malam itu, kilau cahaya kilat begitu terang menembus dalam ruangan dari cela gorden jendela rumah. Membuat suasana semakin terasa menakutkan ditambah dengan angin kencang yang menerjang pepohonan di depan rumah yang kulihat dari dalam jendela rumahku.
Setelah itu kami tertidir, tiba-tiba anak leremouanki menangis disaat aku dan Diana tertidur lelap. Lona Namanya, Dia Baru umur 2 tahun. Lona menangis sambil melihat diatas lemari kamarku, tangannya menunjuk ke atas lemari. Lona terus menangjs, "ada apa nak, ada apa" Tanyaku pada Lona. Lona sambil menangis dia berbicara "mbah-mbah takut besar" Diulanginya terus menyebut mbah-mbah. Aku nyalakan lampu dan langsung ambil garam di dapur, ku taburkan di sekitaran tempat yang membuat anakku menangis diatas lemari. Selang beberapa menit setelah aku taburkan garam itu, Lona berhenti menangis. "Alhamdulillah" Ucap syukurku karena Lona berhenti Menangis.
Waktu sudah sangat larut malam, kulihat jam dinding sudah menunjukan 01.00 malam, aku coba telpon bapak lagi untuk menceritakan ke Bapak, tapi telpon tidak diangkat, ya mungkin Bapak sudah tidur karena memang sudah sangat malam. Mau minta bantuan siapa, kanan-kiri hanya ada rumah kosong yang belum dihuni oleh pemiliknya. Ada tetangga tapi jaraknya lumayan jauh.
Akhirnya aku coba untuk menenangkan diri dengan shalat tahajud , seperti pesan Bapak di telpon tadi, untuk lebih sering berdoa. aku mengambil air Wudlu untuk Sholat Tahajud (Shalat tengah malam). Saat aku baru saja memulai shalat tahajud, perasaanku mulai tidak enak sehingga sholat ku tidak khusu. Aku merasa seperti ada yang memperhatikan dari pojok ruangan tempat aku sholat. Aku tetap mencoba melanjutkan, saat aku posisi sujud, terdengar suara tertawa, suara itu terdengar dari sudut ruangan dan terdengar lirih tetapi tidak yakin jelas apa yang diucapkan "aku wis sui" (Aku sudah lama) sambil tertawa lirih.
Bersambung..
(Arif Bagus Permadi)